Harus Antre Lama

antrean yang terjadi di RSUD Dr Abdul Rivai

Pasien yang ingin Berobat di RDUD Dr Abdul Rivai Menggunakan Barang untuk Menandai Antrean

PELAYANAN RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb, Kabupaten Berau dikeluhkan.

Pasalnya, saat berobat pasien harus antre dan menunggu hingga berjam-jam. Mengatasi hal itu, supaya tidak merasa capek saat mengantre, masyarakat meletakkan sandal atau helm sebagai tanda nomor antreannya.

Saat ditemui Disway Kaltim, pada Kamis (9/5/2024), Mandra, salah satu pasien yang juga ikut mengantre mengatakan, saat hendak kontrol atau berobat di RSUD dr Abdul Rivai, untuk mendapatkan pelayanan itu masyarakat harus antri dari jam 5 subuh.

“Dokternya datang suka-suka dia, kadang jam 8, 9, bahkan jam 10. Jadi orang-orang ini naro sandal atau helm atau benda lainnya sebagai tanda disitu,” ujarnya.

Pintu rumah sakit, kata dia, baru dibuka pada pukul 06.30 Wita. Selama ini, masyarakat yang hendak kontrol atau berobat selalu mengantre. Menurutnya, rumah sakit ini harus menambah personil dan meningkatkan pelayanan. Karena, Setiap hari pasien selalu menumpuk.

“Itu yang bikin lambat, tenaga kesehatannya terbatas dari RSUD dr Abdul Rivai. Kasian orang seperti saya ini pak, dari labanan jam 4 subuh harus sudah jalan untuk mengejar antrian. Kalau saya antri jam 8/9, dipastikan akan lama ditanganinya,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur RSUD dr Abdul Rivai Tanjung Redeb, dr Jusram menyampaikan, bahwa masyarakat memang senang antri seperti itu, meletakkan barangnya, karena informasi jam buka pelayanan sudah diberikan. Jusram menjelaskan, untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya memberikan solusi sementara, berupa mendahulukan antrean poli online sehingga orang bisa antre dari warung kopi atau memantau di rumah lewat gawai.

“Kami sudah upayakan bridging dengan mobile JKN, tapi masih ada hambatan,” jelasnya.

Jusram berkomitmen, pelayanan kepada pasien menjadi pekerjaan utama yang bakal ditingkatkan oleh pihak manajemen RSUD dr Abdul Rivai.

“Pertama yang perlu kami koreksi adalah komunikasi. Komunikasi yang harus efektif antara tenaga kesehatan dan masyarakat,” pungkasnya. (RIZAL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *