Partisipasi pemilih di Kalimantan Timur (Kaltim) setiap pemilu selalu di bawah target Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yakni 77,5 persen.
Hal itu diungkap Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Sufian Agus. Penurunan ini menjadi catatan penting dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2024 mendatang.
“Dari data yang kami paparkan ada penurunan partisipan pemilih, ketimbang pileg dan pilpres” ucapnya di Ruang WIEK Diskominfo Kaltim, Jalan Basuki Rahmat, Senin (19/12/2023).
Agus juga menjelaskan, ini merupakan catatan penting. Karena semestinya tingkat partisipasi pemilih pilkada harus lebih tinggi ketimbang pileg dan pilpres. Melihat data-data itu, Ia pun sempat heran. Pasalnya, justru pilkada yang menurutnya lebih punya dampak langsung bagi daerah.
Lanjutnya, faktor-faktor yang membuat penurunan angka partisipasi pemilih, salah satunya letak TPS yang berjauhan. Mayoritas berada di Kutai Kartanegara (Kukar).
“Misalnya dia bekerja di perusahaan A, tetapi TPS nya itu di dekat perusahaan B yang jarak tempuhnya bisa berkilo-kilo,” sebutnya.
Tak hanya itu, Agus juga memaparkan penyebab lain menurunnya partisipasi pemilih. Salah satunya COVID-19 yang berbarengan dengan pilkada 2020. Banyak pemilih muda yang belajar di luar daerah enggan pulang kampung karena alasan PPKM.
Hal lainnya, adalah keberadaan calon tunggal. Disinyalir membuat para pemilih enggan menuju TPS. Sebab mereka beranggapan kalau calon tunggal tersebut sudah pasti akan menang. Agus pun menjelaskan target partisipasi pemilih yang ditetapkan kesbangpol Kaltim sesuai dengan target Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
“Target kita mengacu dari yang diberikan oleh Kemendagri yaitu sebesar 77,5 persen dari keseluruhan jumlah penduduk tapi kalau bisa lebih itu jauh lebih baik,” ucapnya
Ia pun berharap, target tersebut bisa menjadi referensi bagi para calon kepala daerah dan partai politik, agar sama-sama menaikan angka partisipasi pemilih.
“Harapan kami di Partai politik yang mengusulkan calon kepala daerah nanti mampu mengefisiensikan dan menjalankan dengan baik mesin partainya agar tingkat pemilih dapat naik dan sesuai dengan target yang diinginkan,” jelasnya.
GENJOT PARTISIPASI
Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Sufian Agus menggenjot segala upaya guna meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu serentak 2024.
“Upaya kami antara lain sosialisasi kepada pemilih, terutama kaum milenial dan gen Z sebagai generasi baru pemilih. Selain itu, peningkatan bantuan keuangan partai politik, serta kolaborasi lintas dinas,” ujar Sufian Agus.
Stimulus keuangan kepada partai politik (parpol) itu, menurutnya, bertujuan memacu partisipasi pemilih pada Pemilu 2024, dengan total bantuan senilai Rp 8,1 miliar. Jumlah bantuan itu dibagi sesuai suara sah yang diperoleh masing-masing parpol.
“Kenaikan bantuan keuangan parpol itu merupakan apresiasi pemerintah kepada parpol yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan pemilu yang demokratis, transparan, dan akuntabel,” ujarnya.
Dia menjelaskan, bantuan keuangan parpol pada 2023 naik dari Rp1.200 per suara sah menjadi Rp5.000 per suara, atau ada kenaikan mencapai 400 persen.
“Kami berharap, dengan kenaikan bantuan keuangan itu, parpol semakin berupaya menarik antusias pemilih, khususnya generasi muda. Generasi muda perlu didorong untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu 2024,” katanya.
Sufian merujuk hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), yang menyebut 60 persen pemilih pada Pemilu 2024 merupakan kaum milenial dan generasi Z, dengan proporsi pemilih muda berusia 17-39 tahun.
Untuk menyasar tingkat partisipasi pemilih pada kaum milenial dan generasi Z, Kesbangpol Kaltim sering mengadakan kegiatan sosialisasi pemilu kepada siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan juga ke kampus-kampus.
“Seperti beberapa waktu lalu, kami menggandeng Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan juga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk sosialisasi pemahaman pemilu kepada mahasiswa di perguruan tinggi di Samarinda,” katanya.
Dalam program Pemilu Masuk Kampus, Kesbangpol Kaltim bisa memberikan pemahaman kepada generasi muda untuk sadar berpartisipasi pada Pemilu 2024, karena masa depan bangsa dan daerah di tangan mereka.
Selain sosialisasi partisipasi politik ke kampus-kampus, Kesbangpol Kaltim juga mengintegrasikan program dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain, salah satunya kerja sama dengan Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) dan KPU.
“Kerja sama antara DKP3A dengan KPU terkait pencatatan sipil, memutakhirkan data penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru, untuk langsung didata ke KPU agar diverifikasi dalam memperbaharui Daftar Pemilih Tetap (DPT),” katanya.
Sufian menyebut sejumlah faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilu di Kaltim minim. Faktor-faktor itu seperti minat pemuda terhadap politik sangat rendah, kemudian sikap apatis masyarakat karena calon yang dipilih tidak berkomitmen dengan konstituen, serta di beberapa daerah minim kontestasi peserta Pemilu.(nomorsatukaltim/ant/ar7)