NOSAKALTARA – Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) menyelenggarakan sosialisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) pada Selasa, 8 Oktober 2024 di Hotel Palmy.
Dengan tema “Penguatan Budaya Baca dan Literasi Melalui Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dan Pemanfaatan Dana Desa Untuk Perpustakaan Desa,” kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Berau, Muhammad Said.
Program TPBIS sebenarnya telah diterapkan sejak tahun 2018 dan direplikasi pada 26 kampung di Kabupaten Berau.
Dispusip Berau bahkan mendapatkan penghargaan dari Pemprov Kaltim selama dua tahun berturut-turut, pada 2022 dan 2023, atas kesuksesannya dalam melaksanakan TPBIS.
Salah satu kampung yang berhasil mereplikasi TPBIS adalah Labanan Makarti. Kepala Kampung Labanan Makarti, Mudawi, menjelaskan bahwa Perpustakaan Al-Fadhilah di kampungnya telah mengembangkan berbagai kegiatan berbasis literasi, seperti pelatihan batik sawit bekait khas Labanan Makarti, bimbingan belajar kaligrafi, kursus komputer, pelatihan bahasa Inggris, dan layanan kesehatan untuk masyarakat.
“Kami juga mengalokasikan dana dari Alokasi Dana Kampung (ADK) sebesar Rp115 juta untuk mendukung kegiatan perpustakaan ini,” ujarnya.
Meski demikian, Kepala Dispusip Berau, Yudha Budisantosa, mengakui bahwa pelaksanaan TPBIS di kampung-kampung masih perlu dimaksimalkan dan diperluas cakupannya.
Ia berharap program ini dapat diperluas ke lebih banyak kampung di Kabupaten Berau, sehingga perpustakaan bisa semakin memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
“Saat ini, Kabupaten Berau memiliki 100 kampung dan 8 kelurahan. Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat mendorong pengembangan dan replikasi TPBIS ke wilayah-wilayah lainnya,” jelasnya.
Sekkab Berau, Muhammad Said, menekankan bahwa Pemerintah Kabupaten Berau berkomitmen memaksimalkan fungsi perpustakaan sebagai tempat inspirasi dan solusi bagi masyarakat.
Menurutnya, perpustakaan tidak hanya sekadar tempat membaca, tetapi juga harus mampu menghadirkan literasi yang relevan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing kampung.
“Di era digitalisasi ini, tantangan yang kita hadapi semakin besar. Inovasi harus dimaksimalkan untuk meningkatkan minat baca dan budaya literasi di tengah masyarakat,” tutupnya.