Modul Digital | Oleh: Dahlan Iskan

INI masih soal Felix Pasila.

Di samping punya marketplace paten, ia juga punya marketplace modul mata kuliah. Yang ini ia kerjakan sebagai dosen di Universitas Kristen Petra. Namanya PetraVerse.

Sebagai universitas penyandang status unggul, Petra boleh punya program online seperti itu.

“Yang ikut modul mata kuliah PetraVerse bisa ditransfer ke SKS,” ujar Felix, pemilik lebih 40 paten lulusan ITS, Bremen dan Bologna itu.

Kini peserta kuliah modul digital PetraVerse sudah 3.000 mahasiswa. Modul paling laku adalah Pancasila. Pengajarnya Anda sudah tahu: penulis buku Pancasila Prof Dr Yudi Latif.

Ia adalah Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Sampai tahun 2018. Buku Pancasilanya laris.

PetraVerse lantas menghubungi Prof Yudi Latif: apakah bukunya boleh dimasukkan sebagai modul mata kuliah di PetraVerse. Boleh.

Maka tim Felix mengolah buku tersebut dalam bentuk modul digital yang menarik. Menjadi modul seperti permainan game. Atau seperti komik modern.

Setelah modul itu jadi, PetraVerse minta persetujuan Prof Yudi. Setuju. Barulah diluncurkan.

“Pengikut modul Pancasilanya Prof Yudi paling laris. Mahasiswanya 9.000 orang lebih,” ujar Felix. “Berarti beliau bisa mendapat fee sekitar Rp 45 juta setahun,” katanya.

Tak mustahil penghasilan Prof Yudi dari modul bisa Rp 4 miliar setahun. Kalau jumlah mahasiswanya terus bertambah.

Modul lain yang juga laris adalah matematika dan virtual reality. Ada juga modul yang menekankan pada soft skill dan kemampuan kolaborasi.

“Untuk pekerjaan tertentu lulusan perguruan tinggi elite tidak bisa diandalkan,” ujar Felix. Misalnya jenis pekerjaan di tambang. Lulusan ITB dan UI bisa tidak kerasan di lapangan. Mahasiswa perlu disiapkan di bidang soft skill dan kolaborasi.

Jumlah 11 modul itu akan terus bertambah. Felix mengerjakan modul dengan bantuan artifisial intelligence. Felix memang doktor AI dari Bologna, Italia.

“Satu modul yang dulu dikerjakan 2 bulan, bisa selesai dalam 2 minggu. Berkat AI,” ujar Felix.

Anda sudah tahu: kini begitu banyak aplikasi bisa di-download. Tinggal bayar. Sangat murah. Pun aplikasi untuk membuat gambar-gambar digital.

Felix juga menawarkan modul digitalnya ke Universitas Terbuka. Yang kini mahasiswanya sudah lebih dari 500.000 orang.

Semua modul di PetraVerse itu masih gratis. Masih di tahap memperkenalkan diri. Felix yang usul PetraVerse itu. Langsung disetujui.

Padahal saat itu, 2021, Felix minta anggaran Rp 2 miliar. Sekaligus sebagai persiapan untuk menyongsong jenis universitas masa depan.

Felix kini punya tim besar di PetraVerse: 50 orang. Mereka adalah mahasiswa, alumni dan dosen Petra. Jumlah staf itu sudah dibuat efisien karena lebih banyak menggunakan AI. Untuk gambar-gambar avatar di modul tersebut sepenuhnya dikerjakan AI.

Felix kini sudah menyatu dengan UK Petra. Ia memang aktivis gereja. Waktu ke rumah saya ia berstatus mendampingi pendeta dan para aktivis gereja lainnya. Semua patennya didaftarkan lewat UK Petra.

Di antara paten serius Felix (Baca: BACA JUGA:Paten Pasila), banyak juga paten yang menyangkut keperluan hidup sehari-hari.

Misalnya ia punya paten soal penjepit mic di masker. Kacamata hologram agar saat berolahraga sendirian serasa berolahraga bersama banyak teman. Lalu kasur sejuk. Sandal wudu yang tidak licin.

“Ada teman kami jatuh setelah berwudu. Sandalnya berair,” kisahnya. Maka ia menciptakan sandal dengan banyak lubang vertikal yang dihubungkan dengan lubang-lubang ke samping.

Banyak yang bisa dipatenkan. Daripada para doktor dan guru besar hanya mengejar Scopus. Maka keinginannya untuk memajukan Indonesia bisa tercapai. (Dahlan Iskan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *