Batu bara masih menjadi tulang punggung ekspor Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang awal 2025. Meski nilai ekspor dan impor menurun pada Maret, neraca perdagangan provinsi ini tetap menunjukkan surplus.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Yusniar Juliana, menjelaskan bahwa nilai ekspor Kaltim pada Maret 2025 tercatat sebesar US$1,71 miliar.
“Angka ini terkontraksi 5,47 persen dibandingkan Februari 2025 yang senilai US$1,81 miliar,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima oleh Nomorsatukaltim (Disway Grup), pada Kamis (8/5/2025).
Tak hanya ekspor, nilai impor Kaltim pada Maret juga mengalami penurunan sebesar 20,74 persen menjadi US$374,03 juta dari posisi Februari sebesar US$471,93 juta.
“Meski ekspor menurun, neraca perdagangan Kaltim tetap mencatatkan surplus sebesar US$1,34 miliar pada Maret 2025,” sebut Yusniar.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, nilai ekspor Kaltim mencapai US$5,19 miliar. Namun capaian tersebut menurun 12,30 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang mencapai US$5,92 miliar.
Sementara itu, impor kumulatif justru meningkat 21,54 persen secara tahunan menjadi US$1,23 miliar. Pada sektor pertambangan, terutama batu bara, mendominasi struktur ekspor Kaltim dengan kontribusi sebesar 70,30 persen sepanjang Januari hingga Maret 2025.
Dilanjutkan dari sektor industri menyumbang 19,13 persen, dan migas 10,49 persen. Negara tujuan ekspor utama masih didominasi oleh China (33,30 persen), diikuti India (16,02 persen), dan Filipina (8,53 persen).
Ekspor nonmigas secara bulanan mencatat penurunan terbesar pada golongan pupuk (HS 31) sebesar US$50,61 juta atau 78,36 persen, disusul bahan kimia anorganik (HS 28) yang turun US$19,97 juta atau 62,48 persen.
Meski demikian, pihaknya mengatakan bahwa ekspor lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) mengalami kenaikan US$25,42 juta atau 10,48 persen. Penurunan impor ini berasal dari dua komponen utama, yakni migas dan nonmigas.
“Impor migas turun 4,52 persen menjadi US$300,50 juta dan impor nonmigas merosot 53,23 persen menjadi US$73,53 juta,” jelas Yusniar.
Golongan barang nonmigas yang mengalami penurunan tajam antara lain mesin/peralatan mekanis (HS 84) sebesar US$29,93 juta atau 46,15 persen dan mesin/perlengkapan elektrik (HS 85) yang turun US$22,08 juta atau 84,96 persen.
Di sisi lain, kenaikan impor secara nominal tercatat pada korek api dan bahan peledak (HS 36), serta pupuk (HS 31), yang tidak ada pada Februari lalu. Dilihat dari jenis penggunaannya, penurunan impor Maret 2025 terjadi di seluruh kategori.
“Barang modal turun 67,75 persen, barang konsumsi 58,27 persen, dan bahan baku/penolong 15,96 persen,” ungkapnya.
Adapun tiga negara asal impor nonmigas terbesar bagi Kaltim pada triwulan pertama tahun ini yaitu China (29,23 persen), Malaysia (11,98 persen), dan Amerika Serikat (9,45 persen).
Pelabuhan Balikpapan tercatat sebagai pintu utama arus keluar-masuk barang, dengan nilai ekspor US$561,96 juta dan impor US$320,53 juta pada Maret 2025.”Balikpapan masih menjadi pelabuhan utama dalam aktivitas ekspor-impor Kaltim,” pungkasnya.
Hal tersebut sekaligus mempertegas posisi strategis Balikpapan sebagai simpul logistik ekspor-impor utama di Provinsi Kalimantan Timur.(salsa/arie)












