Ribuan ubur-ubur tidak menyengat, yang menjadi ikon wisata terkenal Pulau Kakaban, diduga tiba-tiba menghilang. Keberadaan ubur-ubur itu tidak terlihat wisatawan, meski biasanya mudah ditemukan saat mengunjungi danau di tengah laut tersebut.
Hal itu diungkapkan Zaiwa, salah satu pemerhati pariwisata Berau, yang baru-baru ini berkunjung ke Pulau Kakaban. Dia sebutkan, ubur-ubur yang lazim terlihat, kini sama sekali tidak nampak.
Kondisi lain yang membuatnya heran adalah warna air danau yang lebih hijau dari biasa. Bahkan di sekitar danau banyak ikan-ikan kecil mati.
“Intinya, ribuan ubur-ubur yang biasa mudah ditemukan wisatawan di Pulau Kakaban, diduga tiba-tiba menghilang tanpa sebab yang jelas. Kondisi danau juga berubah, airnya lebih hijau dan banyak ikan mati. Hal ini tentu menjadi misteri yang perlu diselidiki lebih lanjut,” ucapnya.
Rasa air danau tersebut diakui Zaiwa juga berubah menjadi lebih asin dari biasanya. Padalah sebelumnya, air di danau Pulau Kakaban terasa tawar.
“Hal ini saya ketahui saat mendampingi kunjungan Pj Gubernur Kaltim beberapa waktu lalu. Saya heran kok ubur-ubur yang biasa terlihat sampai ribuan di permukaan, justru tidak tampak. Ke mana perginya ubu-ubur sebanyak itu,” sambungnya.
Dirinya berharap, agar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau segera melakukan penelitian terhadap destinasi wisata alam tersebut, untuk mengetahui kemana perginya ribuan ubur-ubur yang biasanya menguni danau tersebut.
“Sebaiknya di tutup saja dulu sementara waktu dan diteliti apa yang menyebabkan ubur-ubur ini menghilang,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Berau, Ilyas mengatakan, fenomena hilangnya ubur-ubur di Danau Kakaban akan dilakukan penyelidikan lebih lanjut, karena banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab ubur-ubur dulit ditemui. Bisa jadi karena kenaikan suhu perairan atau faktor lainnya.
Lebih lanjut, Ia memaparkan kondisi serupa pernah terjadi di lokasi lain yakni di Danau Lenmakana, Raja Ampat pada tahun 2019 lalu. Penyebabnya adalah kenaikan suhu perairan sebesar 2,5 derajat celcius.
“Kemungkinan ada kenaikan suhu air yang membuat ubur-ubur ini turun ke kedalaman tertentu yang lebih dingin suhunya. Atau bisa juga mati karena kepanasan di permukaan,” paparnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, Ilyas Natsir, justru membantah ubur-ubur tersebut hilang. Dikatakan Ilyas, persepsi hilangnya ubur-ubur tersebut tidak benar, karena ubur-ubur tersebut nyatanya masih banyak terpantau di pintu masuk baru.
“Mungkin yang terpantau hanya di bagian pintu masuk lama, karena laporan yang kami terima dari lapangan, ubur-ubur masih banyak di sekitar pintu masuk baru. Tapi pintu masuk baru ini memang belum sepenuhnya dibuka untuk umum,” tutupnya.(disway.id)