Nasib Zohran Mamdani kelihatannya lagi baik. Calon wali kota New York yang beragama Islam ini memang dipojok-pojokkan sebagai sosialis ekstrem. Tapi pemilih yang moderat lagi terpecah tiga: dua dari independen, satu dari partai Republik.
Mamdani akan kalah kalau tiga lawannya itu bergabung jadi satu. Dan itu tidak mungkin. Andrew Cuomo adalah mantan gubernur negara bagian New York. Ia ”menurunkan diri” menjadi calon wali kota New York. Sulit untuk mendukung dua pesaing Mamdani.
Di New York, jadi wali kota kelihatannya lebih ”berkuasa” daripada jadi gubernur. Semua wali kota New York lebih populer dibanding gubernur negara bagian New York.
Calon satunya lagi, Eric Adams, sekarang masih menjabat wali kota. Sulit untuk mundur. Incumbent merasa lebih pede.
Sedang calon satunya lagi, Curtis Sliwa adalah calon resmi dari partai Republik. Tidak mungkin ia mundur karena tidak mau kalah lagi.
Meski dalam jajak pendapat terakhir Mamdani dapat suara 35 persen, yang 65 persen terbagi tiga: Cuomo 25 persen, Adams 15 persen, Sliwa 14 persen. Sisanya belum menentukan pilihan.
Pilkada kota New York masih empat bulan lagi. Pergeseran suara masih bisa seru.
Umumnya orang Amerika tidak peduli bahwa Mamdani itu Islam. Politikus umur 33 tahun ini dinilai sangat Amerika.
Justru orang Islam yang gegap gempita. Di seluruh dunia. Tidak peduli Islam yang mana Mamdani itu.
Seharusnya orang Indonesia merasa lebih dekat dengan Mamdani. Bukankah Islam datang ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Gujarat?
Leluhur Mamdani adalah orang Gujarat –satu wilayah yang meliputi bagian selatan perbatasan antara India dan Pakistan.
Orang Gujarat memang dikenal sebagai pedagang yang hebat. Bisa disebut seperti orang Wenzhou di Tiongkok. Atau seperti orang Belanda di Eropa. Orang Gujarat adalah ”Yahudi”-nya India.
Tentu tidak semua orang Gujarat seperti itu. Orang Gujarat sendiri akan bilang: kalau ada pedagang hebat di Gujarat hampir pasti itu orang dari minoritas Khoja.
Orang Khoja asalnya dari Parsi. Karena itu mereka Islam.
Islam yang mana?
Islam syi’ah.
Syi’ah yang mana?
Syi’ah Ismaili. Bukan syi’ah 12 imam.
Syi’ah Ismaili adalah syi’ah yang dipimpin oleh Agha Khan. Ketika kalah oleh mayoritas di Persia, mereka menyingkir ke timur. Ke India.
India (termasuk Pakistan) waktu itu dijajah Inggris. Pun Afrika Timur. Maka di pertengahan tahun 1800-an Inggris membuka kesempatan bagi orang India untuk ke Afrika Timur. Ke Tanzania, Madagascar, Somalia, sampai ke Uganda.
Ayah Zohran Mamdani termasuk yang berimigrasi ke Uganda. Jadi ilmuwan di Kampala. Zohran pun lahir di ibu kota Uganda.
Anda sudah tahu: tahun 1972 Uganda dikuasai diktator pujaan Anda, Idi Amin. Saat itulah minoritas Khoja diusir dari Uganda. Meski minoritas orang Khoja menguasai banyak bidang kehidupan. Apalagi di Tanzania dan Madagascar.
Orang minoritas Khoja pun menyebar ke berbagai negara: Inggris, Kanada, Amerika. Ayah Mamdani terusir ke Afrika Selatan, lantas ke Amerika. Remaja Mamdani diajak serta ke Amerika.
Siapa sangka anak imigran Khoja yang terusir dari kediktatoran Uganda kini menjadi calon wali kota ”ibu kota dunia”.
Khoja adalah contoh minoritas yang sukses di mana-mana. Double minoritas. Bahkan triple. Hitung sendiri.(Dahlan Iskan)