DI tengah gencarnya promosi wisata bahari Kabupaten Berau, perhatian terhadap aspek keselamatan dinilai masih tertinggal. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau menilai, masih banyak celah yang perlu dibenahi agar keamanan wisatawan benar-benar terjamin.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat mengatakan, keselamatan di kawasan wisata laut belum mendapat perhatian memadai. Mulai dari ketersediaan rambu peringatan, sistem deteksi dini, hingga fasilitas penunjang seperti chamber untuk penanganan darurat, sebagian besar belum tersedia secara optimal.
“Belum ada rambu yang menunjukkan mana daerah aman untuk berenang dan mana yang berbahaya. Padahal itu penting,” ujar Nofian.
Menurutnya, tanpa rambu dan sistem informasi yang jelas, wisatawan tidak memiliki panduan tentang kondisi laut di lokasi wisata. Situasi ini berpotensi membahayakan pengunjung, terutama di wilayah yang memiliki arus bawah kuat atau kontur laut yang berubah tiba-tiba.
Selain rambu keselamatan, BPBD juga telah mengusulkan pemasangan sistem deteksi dini untuk memantau pergerakan air laut dan aktivitas kerak bumi. Sistem ini diharapkan mampu memberikan peringatan lebih cepat jika terjadi gelombang tinggi atau pasang surut ekstrem.
“Kalau alat itu disetujui dan terpasang, kita bisa tahu kapan gelombang tinggi, kapan air naik, atau kapan surut. Jadi masyarakat dan wisatawan punya panduan jelas kapan waktu aman beraktivitas,” katanya.
Namun, Nofian menegaskan pembangunan sistem keselamatan wisata tidak bisa dilakukan BPBD sendiri. Ia menyebut dibutuhkan sinergi lintas instansi agar sistem peringatan dini dan keselamatan laut dapat berjalan optimal.
“BPBD tidak bisa bekerja sendiri. Ada Dinas Pariwisata, PUPR, dan BMKG. Semua harus duduk bersama, karena keselamatan wisata ini tanggung jawab lintas sektor,” pungkasnya. (MAULIDIA AZWINI)
