Proyek pembangunan jalan tol yang menghubungkan Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan Kota Balikpapan terus berjalan. Ternyata ada yang berbeda dengan tol lainnya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menambahkan fitur unik pada jalan tol yang membelah Hutan Lindung Sungai Wain tersebut. Fitur tersebut berupa jembatan khusus untuk satwa, tepatnya di jalan tol IKN seksi 3B2, segmen KKT Kariangau – Simpang Tepadung.
Jembatan satwa ini dirancang untuk memberikan akses terhadap satwa liar yang berpotensi terisolasi oleh jalan tol yang membelah Hutan Lindung Sungai Wain.
PUPR merancang 2 jembatan satwa di Tol IKN Seksi 3B2. Jembatan satwa atau wildlife crossing yang pertama akan dibangun di atas jalan tol. Berikutnya, satu jembatan berupa terowongan khusus di bawah jalan tol.
Terowongan ini akan menyerupai terowongan perlintasan satwa yang telah dibangun di Jalan Tol Pekanbaru-Dumai. Pembangunan jembatan satwa ini merupakan usulan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kalimantan Timur.
Diketahui, kawasan Hutan Lindung Sungai Wain merupakan habitat bagi berbagai satwa liar.Di antaranya bekantan, macan dahan, beruang madu, orangutan serta beragam satwa lainnya. Kesejahteraan satwa liar ini sangat bergantung pada keberlanjutan habitat alami mereka.
Jembatan dan terowongan khusus satwa ini, diharapkan dapat meminimalkan dampak pembangunan jalan tol terhadap ekosistem di sekitarnya.
Sementara itu, PT Waskita Karya yang menggarap proyek berharap bisa segera menyelesaikan pembangunan jalan tol IKN seksi 3B2 Segmen KKT Kariangau – Simpang Tempadung nih!
Mengutip akun WSKT, jalan tol seksi 3B2 ini nantinya akan menghubungkan lalu lintas dari Balikpapan menuju IKN dengan total panjang 7.760 Km. “Semoga Proyek Jalan Tol IKN Seksi 3B-2 ini bisa terselesaikan dengan baik sesuai dengan waktunya dan tetap mengedepankan konsep Future Smart Forest City!” tulis WSKT.
Efektivitas Jembatan Satwa
Jembatan satwa, atau wildlife crossing adalah infrastruktur yang dirancang khusus untuk membantu satwa liar melintasi jalan atau area yang terfragmentasi akibat pembangunan manusia, seperti jalan raya.
Keberadaan jembatan ini bertujuan untuk mengurangi konflik antara manusia dan satwa, sekaligus mencegah kematian satwa di jalan raya.Fungsi utama jembatan satwa adalah menjaga konektivitas habitat yang sering kali terfragmentasi akibat pembangunan infrastruktur.
Satwa liar seperti gajah, harimau, dan primata, memerlukan ruang yang luas untuk mencari makan, berkembang biak, dan bermigrasi. Dengan adanya jembatan ini, satwa tidak perlu menyeberangi jalan raya yang padat lalu lintas, sehingga mengurangi risiko tabrakan antara satwa dan kendaraan.
Di beberapa negara, efektivitas jembatan satwa sudah terbukti, termasuk di Indonesia. Misalnya, di Garut, Jawa Barat, pemasangan jembatan kanopi buatan untuk primata menunjukkan hasil yang positif, di mana beberapa spesies, termasuk musang, berhasil menggunakan jembatan ini.
Terowongan perlintasan satwa di Jalan Tol Pekanbaru-Dumai juga cukup efektif untuk meminimalisir konflik manusia dengan gajah. Sementara itu, di Kanada, jembatan satwa telah secara signifikan mengurangi kecelakaan yang melibatkan kendaraan dan satwa liar, meningkatkan keselamatan manusia serta melestarikan populasi satwa.
Pembangunan jembatan satwa memerlukan perencanaan yang matang, melibatkan pemilihan jenis jembatan yang sesuai dengan jenis satwa yang akan menggunakannya.
Misalnya jembatan kanopi untuk satwa yang hidup di pohon dan underpass untuk satwa besar seperti gajah.
Material yang digunakan juga bervariasi, mulai dari bahan sederhana hingga lebih kompleks, tergantung kebutuhan habitat.
Meskipun inisiatif ini masih terbatas di Indonesia, beberapa proyek sudah mulai berjalan.
Namun, masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan jumlah dan jangkauan jembatan satwa guna melindungi keanekaragaman hayati yang ada. Infrastruktur semacam ini penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung upaya pelestarian lingkungan di masa depan.(nomorsatukaltim.com/arie)