ANGKA prevalensi stunting di Kabupaten Berau mengalami penurunan. Di 2021 lalu, mencapai 25,7 persen. Sedangkan pada 2022 lalu, turun menjadi 21,6 persen.
Capaian positif Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau dalam menekan stunting, mendapatkan apresiasi dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Berau, Madri Pani.
Kendati demikian, Madri memberikan catatan yang harus dievaluasi Pemkab Berau. “Penanganan stunting jangan terlalu terfokus di wilayah perkotaan, namun lebih prioritaskan di kawasan perkampungan dan pesisir,” ujar Madri Pani, pekan lalu.
“Wilayah kota tidak perlu terlalu diperhatikan, yang kasihan wilayah perkampungan perlu memperoleh perhatian khusus untuk penanganan (stunting, Red) ini,” tambahnya.
Ia juga berpesan, agar Pemkab Berau tidak hanya sekadar berupaya menurunkan angka stunting. Namun, juga melakukan pencegahan sedini mungkin.
“Ini pernah menjadi program saya tahun 2012-2013 lalu. Program pendampingan dari sebelum hamil hingga lahiran sudah terprogram dengan baik. Ini yang harusnya dilakukan, dan inti untuk pencegahan stunting,” ujarnya.
Dalam penanganan stunting, Madri menyebut langkah-langkah penanganan stunting memerlukan kerja sama semua stakeholder. Seperti OPD hingga swasta.
“Kolaborasi tersebut sangat efektif untuk mencapai penurunan stunting secara signifikan,” ujarnya.
Diakuinya penanganan stunting ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena memerlukan waktu yang lama, agar bisa terlihat hasilnya.
“Jadi apa pun programnya, sebaiknya dilakukan secepatnya dan tepat sasaran, agar hasilnya juga optimal,” ujarnya. (RIZAL)