Harga TBS Naik

Angin Segar Bagi Para Petani Kelapa Sawit

Hasil petani buah sawit di Berau yang siap di antar ke pabrik.

Menjelang akhir tahun 2024, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Berau mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini tak lepas dari pengaruh lonjakan harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) di pasar global, yang saat ini tercatat mencapai Rp 17 ribu per kilogram. Kondisi ini menjadi kabar baik bagi petani kelapa sawit di Berau.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini, menyampaikan bahwa kenaikan harga TBS ini menjadi berkah tersendiri bagi para petani. Menurutnya, harga TBS terus menunjukkan tren positif berkat lonjakan harga CPO di pasar internasional.

“Kenaikan harga minyak kelapa sawit global yang kini mencapai Rp 17 ribu per kilogram sangat memengaruhi harga TBS di tingkat lokal. Petani dan pabrik sama-sama merasakan manfaatnya,” ujar Lita, Senin (23/12/2024).

Di tingkat pabrik, harga TBS yang ditetapkan pemerintah saat ini mencapai Rp 3.200 per kilogram, sementara di tingkat petani, harga TBS berada di kisaran Rp 2 ribu per kilogram.

“Harga ini termasuk luar biasa untuk petani. Mereka akhirnya dapat menikmati hasil yang lebih baik setelah sekian lama menghadapi harga yang cenderung fluktuatif,” imbuhnya.

Meski demikian, Lita mengingatkan agar semua pihak termasuk tengkulak, pengepul, dan perusahaan, tetap konsisten mengikuti harga pasar yang berlaku. Ia menegaskan bahwa kenaikan harga ini seharusnya menjadi momentum positif yang dimanfaatkan dengan baik, tanpa ada praktik yang merugikan petani.

“Kita harus pastikan harga ini benar-benar menjadi manfaat bagi petani. Jangan sampai ada permainan harga di lapangan yang justru menghambat kesejahteraan mereka,” tegasnya.

Lebih lanjut, Lita berharap tren kenaikan harga ini dapat terus berlanjut dalam beberapa minggu kedepan. Ia juga mendorong para petani untuk tetap menjaga kualitas buah sawit agar mampu bersaing di pasar. Menurutnya, perawatan kebun yang baik, seperti melakukan pemupukan berkala, sangat penting untuk menjaga stabilitas produksi.

“Kami menganjurkan para petani untuk menyisihkan sebagian keuntungan yang mereka dapatkan dari kenaikan harga ini untuk pemupukan. Dengan begitu, hasil produksi bisa semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas,” katanya.

Sementara itu, Sugiarto, seorang petani kelapa sawit dari Kecamatan Segah mengaku bersyukur atas kenaikan harga TBS ini. Baginya, lonjakan harga ini sangat membantu meringankan beban para petani, khususnya terkait biaya perawatan kebun yang cukup tinggi.

“Kami sangat bersyukur dengan harga TBS yang sedang naik. Ini menjadi angin segar bagi kami, terutama karena selama ini biaya perawatan, seperti pupuk dan peralatan, terus naik,” ungkap Sugiarto.

Ia menambahkan bahwa kenaikan harga ini memberikan harapan baru bagi para petani untuk bisa menjaga keberlanjutan usaha perkebunan mereka. Menurutnya, harga yang stabil di angka yang menguntungkan sangat penting agar petani bisa memperoleh pendapatan yang layak dan meningkatkan taraf hidup mereka.

“Harapan kami, harga ini bisa terus stabil seperti sekarang. Dengan harga yang baik, kami tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga merencanakan masa depan usaha kebun sawit dengan lebih baik,” ujar Sugiarto.

Optimisme juga dirasakan oleh petani-petani lain di Kecamatan Segah dan sekitarnya. Mereka berharap kenaikan harga ini mampu mendorong kesejahteraan masyarakat petani kelapa sawit di wilayah tersebut. Dengan kondisi pasar yang menguntungkan, petani semakin yakin dapat mengembangkan usaha mereka, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan lahan.

“Stabilitas harga menjadi kunci utama. Jika harga TBS tetap tinggi, kami yakin kesejahteraan petani akan semakin baik,” pungkas Sugiarto. (RIZAL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *