Berebut Suara di Segitiga Emas Kaltim

Segitiga emas Kaltim, begitu orang-orang menyebutnya. Tiga daerah yang menjadi kunci dalam mendapatkan suara dominan kala pilkada. Yakni Samarinda, Balikpapan dan Kukar. Lalu, seberapa penting keberadaan daerah segitiga emas ini demi mendulang kemenangan?

Di sebuah pertemuan Minggu siang, di kawasan Air Terjun Pinang, Samarinda Utara, hujan deras mengguyur. Rudy Mas’ud dan partnernya, Seno Aji bertutur. Di Pilkada 2024 ini, semua rencana pemenangan sudah diatur. Suara di tiga daerah, atau segitiga emas tadi harus direbut bagaimana pun caranya.

Rudy Mas’ud, yang saat itu mengenakan kemeja putih dan kopiah hitam, menargetkan minimum suara di tiga titik ini sebanyak 70 persen. Hitung-hitungannya begini. Di Samarinda, Golkar memiliki 8 kursi. Sementara Gerindra 9 kursi. Sehingga ada 17 kursi koalisi, yang masing-masing konstituen partai diyakini bisa memenangkan suara.

Belum lagi dengan koalisi partai lain seperti NasDem, PKB dan lainnya. Semua partai itu masuk dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). Pun dengan di Balikpapan. Ada 9 kursi dari Golkar. Begitu pun dengan Kukar, dimana kursi Golkar mendapat 8 kursi. Harapannya, dengan koalisi gemuk partai hingga tingkat daerah, baik kader maupun simpatisan bisa all out mendukung Rudy dan Seno.

Itu untuk kategori pemilih tradisional. Yang masuk dalam lingkaran partai dan organisasinya terstruktur. Masih ada basis pemilih lainnya yaitu pemilih pemula atau Gen Z.  Berdasarkan Data KPU Kaltim 2024, pemilih milenial mendominasi sekitar 37 persen atau sebanyak 1 juta pemilih. Sementara itu, kalangan Gen Z yang berusia 26 tahun ke bawah mencapai 670 ribu pemilih.

Cara-cara merebut simpati gen Z pun dilakukan. Salah satunya lewat media sosial. Di laman instagramnya, @h.rudymasud, ia mencoba menerapkan gaya kampanye ala Prabowo ketika pilpres lalu. Selalu tampil mengenakan kemeja biru tosca, dan menampilkan wajah dalam bentuk sketsa tiga dimensi (3D).

“Dari generasi milenial sampai Gen Z semua akan terafiliasi dengan pemimpin muda. Kami menyakini inspirasi lahir dari pemimpin muda yang punya visi dan misi bicara masa kini dan masa depan itu sejalan dengan anak-anak milenial kita,” ucap Rudy.

Merebut suara di segitiga emas memang menjadi faktor kunci. Dari data pemilu 2019 lalu, jumlah DPT di tiga daerah strategis ini jumlahnya di atas 200 ribu. Sementara 7 kabupaten/kota lain, rata-rata tidak sampai segitu. Semisal di Kukar memiliki 485.563 pemilih, Balikpapan dengan 464.114 pemilih dan Samarinda memiliki 586.356 pemilih. (grafis DPT 2019 per kabupaten/kota).

Nah, di Pilkada 2024 ini, angka pemilihnya melejit. Semua alami kenaikan. Semisal Samarinda memiliki 612.072 pemilih, Kukar dengan 552.469 pemilih dan Balikpapan dengan 509.482 pemilih. Kabupaten/kota lain angkanya pun tidak sampai setengah.

Seperti  Paser dengan 211.299 pemilih,  Berau dengan 198.347 pemilih, PPU dengan 137.495 pemilih, Bontang dengan 134.567 pemilih, Kutai Barat dengan 128.104 pemilih, serta Mahakam Ulu dengan hanya 27.869 pemilih.

Dari kubu sebelah, Isran-Hadi juga tidak mau kalah. Di Kukar, ‘Kai’ (sebutan Isran,red.) optimistis mampu rengkuh 75 persen suara.  “Saya berpesan kepada tim untuk bekerja sama dengan baik, memiliki perencanaan yang matang, dan tetap menjaga kebersamaan,” kata Isran Noor.

Ia meminta para pendukungnya tetap menjaga nama baik. Jangan menyebarkan fitnah. Apalagi saling menjatuhkan calon lawan. “Bicara fakta boleh, termasuk menyoroti rekam jejak keluarga calon yang akan memimpin Kaltim,” sindir Isran.

Tapi, ketika disinggung langkah memenangkan suara di tiga daerah strategis tadi, Isran malah irit bicara. “Kalau Balikpapan insyallah menang, kalau Samarinda menang mutlak dan Kukar 75 persen.”

Tokoh vs Pendatang Baru

Bagi sebagian pengamat, kedua pasangan calong gubernur Kaltim baik Isran-Hadi maupun Rudy-Seno, merebut tiga daerah emas adalah harga mati. Mesi tetap tidak mengesampingkan dapil-dapil lainnya.

Bagi Budiman Chosiah, akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Mulawarman (Unmul), kunci keberhasilan dari strategi masing-masing Paslon adalah mampu bersinergi dengan kandidat yang ada di kabupaten/kota.

Tentunya dalam sinergitas itu, terdapat calon kandidat yang memiliki potensi kuat untuk menang di daerah-daerah tertentu.

Di atas kertas kata Budiman, Isran diprediksi berpeluang besar meraih suara terbanyak di Kukar. Argumentasinya, calon petahana itu diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP). Sementara partai ‘penguasa’ di Kukar, atau pemenang pemilu, adalah PDIP. Sementara dari etnis kesukuan, Paslon Isran-Hadi disebutnya sebagai representasi dari masyarakat Kutai, yang notabene adalah putra daerah berdasarkan etnis kesukuan. “Nah untuk Isran-Hadi otomatis dia harus mengambil pendekatan ke masyarakat langsung,” kata Budiman.

Tapi sekali lagi kata Budiman, siapapun paslon yang bisa menang di 3 daerah itu (Kukar, Samarinda dan Balikpapan), kemenangan sudah di depan mata. Dikarenakan mayoritas 70 persen DPT terbanyak ada di tiga daerah tersebut.

“Nah kalau misalnya ada-ada perimbangan, suara di kabupaten lain itu menjadi penting. Kalau di Kutai timur itu sudah bisa dipastikan, karena Pak Isran itu pernah menjadi bupati di sana, maka bisa dipastikan bahwa Pak Isran akan memenangkan kontestasi di Kutim,” yakinnya.

Yang menarik di Samarinda. Isran harus bisa memertahankan lumbung suaranya di Kota Tepian, saat berhasil meraup suara terbanyak pada pilkada 2018 silam.

Berdasarkan hasil pilkada 2018 lalu, Isran-Hadi memang hampir mendominasi suara di semua daerah. Tapi, khusus kawasan segitiga emas, cuma di Balikpapan yang ia kalah. Di Samarinda dan Kukar pasangan petahana ini memeroleh suara tertinggi. Yakni masing-masing 96.045 suara dan 113.372 suara.

Sosok Andi Harun sebagai wali kota Samarinda pun disebut sebagai kunci kemenangan.

“Kalau sebelumnya kita sering dengar Andi Harun itu akan mendukung Isran, tapi terakhir Andi Harun didukung oleh Golkar.”

Pengamat politik lainnya, Saiful Bachtiar, menyebut faktor ketokohan sekaligus pengalaman menjabat sebagai kepala daerah, akan lebih dikenang masyarakat Kaltim secara luas. Sosok Isran-Hadi katanya akan lebih dikenal masyarakat luas, bahkan di daerah pedalaman sekali pun. Daripada tokoh legislatif yang wilayah kerjanya Kaltim namun populer di perkotaan saja.

“Dalam kenyataannya tentu akan berbeda ruang gerak antara seorang kepala daerah gubernur dan wakil gubernur, dengan seorang anggota DPR RI walaupun dapilnya itu dapil Kaltim. Jadi ruang gerak ini juga mempengaruhi dari sisi popularitas yang bersangkutan,” Jelas Saiful.

Di sisi lain, dari 10 kabupaten/kota itu  posisi Isran-Hadi itu lebih dikenal. Karena bekal sebagai gubernur di periode sebelumnya. Hal itu tentunya menguntungkan posisinya Isran-Hadi dari segi popularitas. Tapi sekali lagi kuncinya, baik menurut Budiman atau pun Saiful, adalah setiap paslon tetap harus merebut suara dari akar rumput. Karena suara terbanyak adalah dari mereka.

(Salsabila, Mayangsari, Arie Rachim, Baharunsyah/arie)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *