KEPALA Dinas Perkebunan (Disbun) Kabupaten Berau, Lita Handini mengatakan, banjir yang melanda sejumlah kampung di Kabupaten Berau membawa dampak pada sektor perkebunan kakao, yang merupakan salah satu komoditas unggulan di Bumi Batiwakkal.
Banjir yang terjadi di kampung-kampung penghasil kakao, seperti Merasa, Long Lanuk, Lesan Dayak, Labanan Makarti, Birang, Tumbit Melayu, Tumbit Dayak, dan Rantau Panjang, telah menyebabkan kerusakan pada tanaman.
“Sebagian tanaman kakao yang berumur di bawah 2 tahun dilaporkan mati dan hanyut terbawa banjir,” kata Lita, Minggu (11/5/2025).
Total lahan terdampak mencapai 500 hektare, menurutnya, produksi kakao tahun ini akan turun drastis.
“Pohon yang sudah berbuah rata-rata gagal panen karena buah menjadi busuk akibat terendam air terlalu lama,” tuturnya.
Pihaknya telah melakukan pendataan bersama kepala kampung dan kelompok tani untuk mengidentifikasi kerugian.
“Kami akan mengajukan bantuan pupuk melalui anggaran perubahan tahun ini atau anggaran murni 2026. Namun, kelompok tani perlu membuat proposal sebagai syarat hibah,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, para petani berharap bantuan berupa pupuk untuk mempercepat pemulihan tanaman yang masih bisa diselamatkan. Selain itu, Lita juga menyarankan petani untuk mulai mempertimbangkan pengembangan lahan baru yang lebih tinggi dan bebas banjir.
“Kami siap memfasilitasi lokasi pengembangan kebun kakao yang aman agar petani tidak mengalami kerugian serupa di masa depan,” tegasnya.
Beberapa perusahaan perkebunan juga telah memberikan bantuan untuk pemulihan pasca banjir, baik secara langsung melalui BPBD Berau maupun dinas terkait.
“Kami berharap semua pihak, termasuk perusahaan perkebunan, dapat berkontribusi dalam pemulihan ini agar produksi kakao Berau dapat kembali pulih dan petani bisa memanfaatkan peluang harga pasar yang sedang baik,” pungkasnya. (RIZAL)