Ancaman Tiongkok, Indonesia Tak Peduli?

Setelah mengatakan tidak akan memperdulikan tarif dagang yang dikenakan padanya, Tiongkok ancam negara yang bikin kesepakatan dagang dengan Amerika. Bagaimana dengan Indonesia?

Pihak Tiongkok menegaskan, jika kesepaktan yang dibuat oleh salah satu negara dengan Amerika dan merugikannya, maka tidak akan segan-segan untuk mengambil tindakan tegas.

Tiongkok sendiri telah mengeluarkan pernyataan jika Amerika menyalahgunakan tarif dagang. Selain itu juga memperingatkan negara-negara lain agar tidak membuat kesepakatan ekonomi yang lebih luas dengan Amerika Serikat yang merugikannya, meningkatkan retorikanya dalam perang dagang yang terus meningkat.

Beijing akan dengan tegas menentang pihak mana pun yang membuat kesepakatan dengan merugikan Tiongkok dan akan mengambil tindakan balasan dengan cara yang tegas,” kata Kementerian Perdagangan Tiongkok.

Kementerian tersebut mengatakan jika Trump sedang bersiap untuk menekan negara-negara yang mencari pengurangan tarif yang telah ditetapkannya. Hal ini dilakukan oleh Amerika untuk mengekang perdagangan dengan Tiongkok, termasuk mengenakan sanksi moneter.

Presiden Donald Trump menghentikan tarif besar-besaran yang diumumkannya pada puluhan negara pada tanggal 2 April kecuali yang dikenakan pada Tiongkok.

Tiongkok sendiri merupakan negara yang dikenakan tarif dagang tertinggi di antara semua negara di dunia yang mencapai 145 persen. Akibat penetapan tarif tersebut, Tiongkok juga telah menetapkan tarif untuk impor produk Amerika sebesar 125 persen.

“Amerika Serikat telah menyalahgunakan tarif pada semua mitra dagang dengan alasan ‘kesetaraan’, sementara juga memaksa semua pihak untuk memulai apa yang disebut negosiasi ‘tarif timbal balik’ dengan mereka,” kata juru bicara kementerian.

“Tiongkok bertekad untuk melindungi hak dan kepentingannya sendiri, serta bersedia memperkuat solidaritas dengan semua pihak, kata kementerian.

“Faktanya, tidak ada yang ingin memihak,” kata Bo Zhengyuan yang merupakan mitra di konsultan kebijakan Plenum yang berbasis di Tiongkok.

“Jika negara-negara sangat bergantung pada Tiongkok dalam hal investasi, infrastruktur industri, pengetahuan teknologi, dan konsumsi, saya rasa mereka tidak akan menerima tuntutan Amerika,” paparnya.

“Banyak negara Asia Tenggara termasuk dalam kategori ini,” terangnya.

Sedangkan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengatakan hampir 50 negara telah menghubunginya untuk membahas tarif tambahan yang tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump di awal April ini.

Beberapa pembicaraan bilateral tentang tarif telah berlangsung sejak itu, dengan Jepang mempertimbangkan untuk meningkatkan impor kedelai dan beras.

Sedangkan Indonesia, berencana untuk meningkatkan impor makanan dan komoditas AS dan mengurangi pesanan dari negara lain.Penetapan tarif ini juga disinyalir untuk mengekang perkembangan Tiongkok dalam mengembangkan chip semikonduktor canggih.

Pasalnya chip semikonduktor ini juga disinyalir dapat digunakan untuk keperluan militer. Presiden Tiongkok Xi Jinping sendiri juga telah melakukan kunjungan ke 3 negara Asia Tenggara minggu lalu.

Kunjungan ini sebuah langkah untuk memperkuat hubungan regional, menyerukan kepada mitra dagang untuk menentang intimidasi sepihak.  Dalam kunjungannya, Xi menyempaikan bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif.

Menanggapi ancaman dari Tiongkok terhadap negara-negara yang bernegosiasi dengan Amerika Serikat (AS) terkait dengan tarif impor Presiden Donald Trump, Indonesia menyatakan bahwa mereka akan tetap melanjutkan kegiatan perdagangan seperti biasanya.

Hal tersebut dinyatakan oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono. Menurutnya, Indonesia tidak akan mengubah arah kebijakan dagangnya.

“Kita tetap akan melakukan kegiatan dagang dengan mitra kita yang lain,” jelas Djatmiko kepada Disway.id di Jakarta, pada Selasa 22 April 2025.

Selain itu, Djatmiko juga menambahkan bahwa Kemendag tidak akan mengambil langkah balasan apapun terhadap negara lain, termasuk AS dan Tiongkok.

Menurutnya, hubungan Indonesia dengan negara-negara tersebut akan tetap berjalan dengan menghormati prinsip-prinsip multilateral.“Kita saling menghormati hak serta kewajiban masing-masing,” ucapnya.(disway.id/arie)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *