Langkah Strategis untuk Indonesia

Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) perlu dimaksimalkan, apalagi permintaan di Indonesia kian tinggi penggunaannya.

Di tengah-tengah dominasi sistem pembayaran digital seperti seperti Visa dan Mastercard (AS) atau UnionPay (China), sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini menjadi langkah strategis untuk Indonesia.

Dosen FEB serta Wakil Direktur German Centre Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) Freesca Syafitri mengungkapkan, bahwa QRIS sendiri masih belum bisa menyaingi Visa atau Mastercard dalam transaksi global, di mana keamanan, cakupan, dan kenyamanan mereka masih jadi rujukan dunia.

Namun, Freesca juga menilai bahwa QRIS sudah menciptakan tempat mereka sendiri di dunia perekonomian nasional.“Justru di sinilah letak tantangannya. Indonesia tidak harus menyaingi secara langsung, tetapi menciptakan ekosistem alternatif yang relevan dengan kebutuhan nasional,” jelas Freesca ketika dihubungi oleh Disway, pada Rabu 28 Mei 2025.

Lanjutnya, bahwa fenomena meningkatnya ketertarikan anak muda kepada produk-produk lokal juga dapat turut dimanfaatkan oleh para pelaku usaha UMKM.

“Ini semestinya jadi peluang bagi pelaku ritel lokal. Tapi peluang tidak datang begitu saja. Mereka harus cepat beradaptasi, masuk ke dunia digital, dan mengintegrasikan alat pembayaran seperti QRIS agar bisa bersaing,” jelas Freesca.

“Jika tidak, ruang kosong yang ditinggalkan pemain asing akan diisi oleh raksasa e-commerce global, yang ujung-ujungnya hanya mengganti bentuk dominasi, dari fisik ke digital,” tambahnya.

Di sisi lain, Freesca juga menambahkan bahwa kebijakan publik juga tidak boleh bersifat netral. Menurutnya, QRIS harus menjadi bagian dari strategi besar, bukan sekadar proyek digitalisasi teknokratik.

“Negara perlu hadir, tidak hanya lewat regulasi, tapi juga dengan menciptakan ekosistem pendukung, seperti akses infrastruktur digital, insentif teknologi, dan perlindungan terhadap pemain lokal yang mau berubah,” tutur Freesca.

Selain itu, Di tengah-tengah memanasnya perang tarif dagang antara negara Amerika Serikat (AS) dengan China, sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini telah menjadi salah satu sistem paling penting dalam menopang posisi Indonesia di perdagangan global.

Oleh karena itulah, tidak heran jika Bank Indonesia (BI) terus memperluas sistem pembayaran QRIS hingga ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, hingga Jepang.

Dengan masifnya perkembangan QRIS, Freesca Syafitri menyatakan, bahwa jawaban Indonesia untuk kebutuhan ekonomi yang lebih inklusif, efisien, dan berdaulat.

“Ia (QRIS) memberi ruang bagi UMKM, pelaku usaha tradisional, dan masyarakat akar rumput untuk masuk ke dalam sistem pembayaran formal, tanpa harus membayar mahal seperti pada sistem internasional,” jelas Freesca.

QRIS juga menciptakan kemandirian data dan kontrol nasional, sesuatu yang semakin penting di era ekonomi digital. Terutama di tengah-tengah dominasi sistem pembayaran seperti Visa dan Mastercard (AS), atau UnionPay (China).

Pasalnya, dominasi penggunaan tiga sistem pembayaran tersebut justru malah membuat banyak negara berkembang rentan.

“Indonesia tidak ingin terus bergantung pada sistem keuangan global yang bisa berubah jadi alat tekanan politik,” pungkas Freesca.(disway.id/arie)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *