Kaltim Tak Masuk Uji Coba

Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, saat diwawancarai.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) memastikan, daerah Kaltim tidak termasuk dalam wilayah uji coba vaksin Tuberkulosis (TBC) yang didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin, menyusul pertanyaan publik terkait kabar pelaksanaan uji klinis vaksin TBC di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

“Kalau di Kalimantan Timur, tidak termasuk dalam wilayah clinical trial vaksin TBC,” katanya saat wawancarai Nomorsatukaltim (Disway Grup), Senin (12/5/2025).

Lanjutnya, Pemprov Kaltim juga belum pernah menerima tawaran atau pertimbangan untuk menjadi lokasi uji coba vaksin tersebut. Salah satu alasannya, yakni uji klinis vaksin membutuhkan infrastruktur kesehatan yang spesifik dan sumber daya manusia yang memadai.

“Tidak juga mendapatkan tawaran, karena tempat uji klinis vaksin memerlukan laboratorium dan tenaga ahli,” ucap Jaya, sapaan akrabnya.

Sebelumnya, informasi mengenai uji coba vaksin TBC mencuat setelah Bill & Melinda Gates Foundation mendukung pelaksanaan fase uji klinis vaksin M72/AS01E, yang dikembangkan oleh GSK dan diteliti lebih lanjut oleh Wellcome Trust.

Uji coba ini dilakukan di beberapa wilayah di Asia dan Afrika, dengan melibatkan ribuan partisipan untuk mengukur efektivitas vaksin terhadap TBC laten yang belum menunjukkan gejala.

Meski tidak terlibat dalam program tersebut, Pemprov Kaltim tetap berkomitmen mengendalikan TBC yang masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat. Jaya mengungka, hingga saat ini program vaksinasi TBC di Kaltim belum berjalan, namun sejumlah langkah strategis terus diupayakan.”Vaksinasi TB belum berjalan di Kaltim,” imbuhnya.

Adapun strategi pengendalian yang dilakukan meliputi penemuan kasus secara aktif maupun pasif, serta pelibatan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) swasta dalam pelacakan dan pengobatan.

“Langkah strategis penanggulangan TB di Kaltim, antara lain penemuan kasus aktif dan pasif, serta pelibatan fasyankes swasta,” terang Jaya.

Selain itu, Dinkes Kaltim juga memperkuat kerja sama dengan organisasi profesi dan komunitas lokal sebagai bagian dari upaya menyeluruh menangani penyakit menular ini. “Penguatan organisasi profesi dan komunitas juga terus kami lakukan,” pungkasnya.

Diketahui, TBC masih menjadi salah satu penyakit menular dengan beban tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Global TB Report 2023 dari WHO, Indonesia termasuk negara dengan kasus TBC terbanyak kedua di dunia setelah India.

Pemerintah pusat menargetkan eliminasi TBC pada 2030, dengan memperkuat skrining, pelacakan kontak, serta pengobatan yang tepat dan berkelanjutan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa uji klinis vaksin TBC yang turut didanai oleh Bill Gates kini sudah berjalan.

“Uji klinis vaksin TBC tahap tiganya di Indonesia sudah mulai sejak November 2024. Kalau tidak salah, Indonesia negara kedua atau ketiga yang memulai clinical trial ini selain dengan tujuh negara lainnya di Eropa dan Asia,” kata Budi ketika ditemui di kawasan Senayan, Senin 12 Mei 2025.

Budi Gunadi menegaskan bahwa program ini sangat bermanfaat bagi layanan kesehatan di Indonesia. “Kenapa? Karena ini (TBC), kan, membunuh sudah sampai 1 miliar manusia (di dunia),” ungkapnya.

Selama ini, vaksin BCG sudah tersedia untuk anak-anak dalam mencegah TBC, tetapi efikasinya bagi dewasa sudah menurun sehingga diperlukan vaksin baru yang dikhususkan bagi dewasa. Seiring dengan dilakukannya uji klinis ini, berbagai kekhawatiran terkait keamanan menjadi sorotan masyarakat.

Budi menegaskan bahwa tahap ketiga uji klinis ini bukan mengecek keamanannya, tetapi efektivitasnya. Sedangkan tingkat keamanan vaksin sudah diuji pada tahap sebelumnya, mulai dari praklinis hingga uji klinis tahap awal.

Uji klinis tahap tiga ini merupakan yang terakhir dan akan menjadi landasan bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menerbitkan izin edar.

Sayangnya, hingga kini masih banyak masyarakat yang termakan narasi bahwa vaksin berbahaya. “Hoaks ini menyebar ke media-media sosial itu sangat berpengaruh kepada kepercayaan masayrakat pada vaksin,” paparnya.

Ia pun berharap masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap informasi tak berdasar terkait vaksin karena apabila enggan divaksin, dikhawatirkan banyak orang yang mudah tertular penyakit berbahaya dan mematikan.

“Itu yang sebaiknya saya minta ke teman-teman, jangan percaya kepada sesuatu yang sifatnya unscientific, hoaks, dan itu disebar-sebarkan di WhatsApp Group dan di media sosial, padahal itu berbahaya bagi masyarakat,” pungkasnya.(salsa/disway.id/arie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *