Bukan Lagi Balikpapan Film Festival

AJANG penghargaan insan perfilman, Balikpapan Film Festival (BFF) pantas disebut sebagai ajang berskala regional. Tahun ini, enghargaan bagi para sineas muda itu dibanjiri oleh peserta dari berbagai daerah. Tidak hanya dari Kalimantan Timur, para peserta juga hadir dari Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Kepala Disporapar Balikpapan, Ratih Kusuma mengungkapkan, di tahun ke empat penyelenggaraan, jumlah peserta sebanyak 50 karya dengan rincian kategori pelajar 11 peserta, umum 27 peserta, dan dokumenter 21 peserta.

Berdasarkan domisili peserta tercatat, 23 peserta dari Balikpapan, 16 peserta dari Samarinda, 6 peserta dari Kutai Kartanegara, 3 peserta Kabupaten Paser, 2 peserta Kabupaten Berau, 1 peserta dari Bontang, 4 peserta dari Kutai Timur.

“Pendaftar dari luar Kaltim ada 4 peserta yaitu dari Medan (Sumatera Utara), Bandung dan Bogor (Jawa Barat) serta Semarang 9Jawa Tengah),” kata Ratih Kusuma.

Juri BFF tahun ini ialah Kiki Narendra, seorang aktor film horor, Paul Agusta sutradara tergabung Indonesian Film Director Club dan Muhammad Arif Bontang, peraih Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2020.

Ratih mengatakan BFF bertujuan meningkatkan ekonomi kreatif yang menjadi salah satu sektor ekonomi kreatif dari 17 sub sektor ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu sektor perfilman.

“Kegiatan ini juga untuk mengakomodasi pelaku ekonomi keratif, pembuat film, untuk memunculkan sineas muda yang berkreasi di bidang perfiman untuk berkarya,” tambah Ratih.

Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud mengapresiasi pelaksanaan Balikpapan Film Festival 2023 yang semakin mendapat tempat di kalangan para sineas muda.

Rahmad mengatakan, anak muda Balikpapan memiliki potensi sangat besar di industri kreatif, termasuk Balikpapan. “Syaratnya terus kreatif, terus belajar, manfaatkan potensi kalian. Jangan lihat atau ikut-ikutan tren. Cari yang baru, gali potensi diri dan tekuni,” pesannya.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Rahmad Masud menyinggung pembangunan ibu kota negara Nusantara di wilayah Kalimantan Timur.

“Tidak salah IKN pindah di Kaltim. Ini (pemindahan IKN) anugerah luar biasa. Saya yakin pemindahan bukan by desain seorang Jokowi, bukan by desain manusia, ini (ada) campur tangan Tuhan untuk mengembalikan ibu pertiwi ke Kaltim,” urainya.

Berdasarkan hasil sidang para juri, Film Pendek Terbaik direbut “Suara Ini Ibuku”. Film dokumenter tourism terbaik: Jaga (The Forest Savior). Trailer film pendek terfavorit: Hikayat Maut. Pemeran Perempuan Terbaik diraih Cesatiani, dan Pemeran Pria Terbaik direbut Yuris Agus Pratama. (YOS SETIYONO)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *