TINGGAL sehari lagi, Isran Noor dan Hadi Mulyadi akan menanggalkan jabatan sebagai pucuk pimpinan di Kaltim. Di hadapan awak media, kedunya buka-bukaan mengenai sejumlah hal. Apa saja itu?
Hadi Mulyadi berjalan menaiki anak tangga di salah satu kafe di Samarinda. Di lantai dua, salah satu grup band sudah menanti. Seperti biasa. Tangannya sudah gatal ketika melihat ada drum nganggur. Sekitar dua lagu ia mainkan. Salah satunya Sweer Child O Mine yang dibawakan oleh band legendaris Gun N Roses.
Usai beraksi di atas panggung, pria yang mengenakkan batik biru muda itu mengambil tempat. Bercerita. Mengenang kebersamaannya bersama Isran Noor. Ketika memimpin Kaltim selama lima tahun. “Beliau (Isran,red) tidak pernah marah,” kata Hadi.
Ceritanya begini. Pernah suatu waktu Hadi menemukan adanya karyawan yang indispliner. Ia ingin marah dan menegur lalu melapor ke Isran. Tapi, jawaban Isran tidak seperti yang diduga. “Beliau bilang, enggak usah (dimarahi,Red). Begitu, saking baik sangkanya beliau, sehingga cara menanganinya luar biasa,” imbuhnya.
Pernah pula Hadi ditegur oleh Isran gara-gara makanan. Pada waktu itu Hadi tidak menghabiskan buah yang sudah disediakan. Laki-laki berambut putih itu bereaksi. Ia berkata ke Hadi, “Eh, habisin itu, itu makanan sehat,” katanya menirukan kata-kata Isran. Hal lain yang diingat adalah Isran ternyata menyukai minuman sarang walet. Suatu hari Hadi pernah menyuguhkan minuman dari sarang walet. Isran ketagihan. Bahkan berulang kali minta dibuatkan.
Ayah lima anak ini juga bercerita mengenai pengalaman yang tidak terlupakan dengan jurnalis. Moment itu berkaitan dengan rencana pembubaran organisasi Hizbut Tahri Indonesia (HTI). Dimana kala itu Isran malah menerima Isran datang ke kantor gubernur dengan tangan terbuka. Bahkan sempat mengibarkan bendera organisasi, berdampingan dengan bendera merah putih.
“Puncaknya di situ. Namun justru Pak Isran bisa jelaskan ke pers dengan logis. Itu bagusnya kita punya pemimpin yang tidak baper.”
Beberapa menit berselang. Isran pun datang dengan setelan batik coklat tua, celana hitam dan sepatu putih. Kedatangnnya disambut open mic dari jurnalis Koran Kaltim Rusdianto. Usai open mic, dua pasangan itu pun mengambil tempat di atas panggung. Bercerita lagi. Isran mengaku happy memimpin selama lima tahun. “Masih sisa dua hari, masih bisa kerja. Yang pasti belum mati dua hari lagi,” ucapnya berkelakar.
Isran juga ditanya kenapa dirinya begitu serius menjawab pertanyaan dari jurnalis di Jakarta ketimbang di Kaltim. Sebagai contoh ketika dirinya diwawancara oleh Najwa Shihab di salah satu acara televisi. Rupanya di balik layar, Isran sempat memuji langsung penampilan dari Najwa. Katanya, Najwa ketika itu ‘salting’ atau salah tingkah. Dan pembawaan itu terbawa hingga syuting. Bagi Isran itu adalah seni berkomunkasi.
Di Kaltim, mantan bupati Kutai Timur itu bercerita justru pengalaman bersama jurnalis agak berbeda. Ia tidak menyoal jika ucapannya banyak ditafsirkan beragam. Katanya itu merupakan bagian dari kebebasan pers. Sehingga kritikan apa pun katanya pasti ada manfaat.
“Saya anggap wartawan itu teman akrab. Enggak perlu dicurigai dan sampai sekaran enggak ada kata-kata saya yang dipelintir.”
Bicara soal komunikasi, bapak tiga anak itu memang lebih dikenal sebagai gubernur lucu karena guyonannya. Disebut begitu Isran santai saja menanggapi. Malahan dirinya dikenal tidak pernah kepada bawahan. Tidak ada gunanya kata Isran.
“Jangan terlalu, terlalu serius cepat tua, orang tua cepat mati. Makanya saya sama Pak Hadi ini happy-happy saja. Habisin baterai saja ngurusin orang itu,” kata Isran disusul tawa para audience. (BOY BAHARUNSYAH)