Badan Pengawas Obat dan Makanan mengungkapkan hasil temuan pihaknya pada sampel anggur shine muscat yang masuk ke Indonesia. Bagaimana perkembangannya?
Pemeriksaan dilakukan pada sejumlah titik masuk atau entry point di beberapa wilayah, di antaranya, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Bandar Lampung, Surabaya, Pontianak, Makassar, dan Medan.
“Pengujian sampel Jabodetabek, Bandung dan Bandar Lampung telah selesai dilaksanakan di laboratorium Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPPOMN) BPOM,” terang Kepala BPOM Taruna Ikrar pada konferensi pers di Jakarta, 4 Oktober 2024.
Adapun parameter yang diujikan adalah uji residu pestisida Chlorpyrifos menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry/Mass Spectrometry atau GC/MSMS (Limit of Detection atau LOD 0,02 ug/kg/Limit of Quantification atau LOQ 0,07 ug/kg). “Hasil tidak terdeteksi (residu pestisida),” tandasnya.
Hasil tersebut pun memperkuat pengujian yang dilakukan oleh Badan Pangan Nasional dan Badan Karantina Indonesia. Lebih lanjut, “BPOM sebagai koordinator analisis risiko keamanan pangan akan terus berkoordinasi dengan stakeholder terkait sesuai dengan tugas dan kewenangannya.”
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pangan Arief Prasetyo Adi turut mengungkapkan hasil uji rapid dan uji laboratorium.
Pihaknya selaku Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) di pusat dan daerah melakukan pengawasan keamanan pangan segar melalui dua cara, yaitu penerbitan izin edar dan pengawasan di peredaran.
“Berdasarkan hasil uji cepat residu pestisida terhadap 350 sampel anggur shine muscat yang dilakukan oleh Dinas Urusan Pangan Daerah, diketahui bahwa 90 persen sampel negatif, dan 10 persen sampel terdeteksi positif dengan kadar yang rendah (di bawah ambang batas maksimum residu),” terang Arief.
Bapanas juga sudah melakukan uji laboratorium terhadap 240 senyawa residu pestisida pada sampel anggur Shine Muscat.
“Hasilnya terdeteksi 219 senyawa negatif dan 21 senyawa mengandung residu pestisida, namun masih jauh di bawah Batas Maksimum Residu (BMR),” ungkapnya.
Dari hasil uji ini, lanjutnya, dinyatakan tidak ada senyawa berbahaya seperti dugaan dari pemberitaan di Thailand, yaitu klorfirifos dan endrin aldehyde.
Namun begitu, ia memastikan akan mengambil tindakan tegas apabila ditemukan produk tidak aman di peredaran.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat M. Panggabean mengungkapkan, bahwa pihaknya telah melakukan uji sampel terhadap 3.561 jenis PSAT (apel, anggur, beras, kiwi, kedelai, bawang, jamur, seledri, brokoli, strawberry, kacang almond, jeruk, cabai kering).
Monitoring juga dilakukan terhadap keamanan pangan, termasuk di dalamnya terhadap anggur sebanyak 773 pengujian sampel dengan parameter residu pestisida dan hasilnya di bawah BMR.
Standar Batas Maksimum Residu (BMR) sendiri telah ditetapkan melalui Permentan Nomor 55 Tahun 2016. Berdasarkan hasil monitoring, Sahat menegaskan tidak ditemukan cemaran kimia termasuk residu pestisida dan mikroba yang melebihi ambang batas yang diizinkan pada anggur tersebut.
Pemeriksaan anggur muscat dari Tiongkok terakhir dilakukan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan beberapa tempat pemasukan barang impor lainnya pada 31 Oktober 2024 kemarin.
“Dengan target uji residu pestisida seperti Metalaxyl, Cyprodinil, Tebuconazol, Buscalid, dan Pyrimethanyl, juga Chlorpyrifos, dll. tidak terdeteksi sehingga semuanya masih dibawah ambang batas yang ditetapkan,” tandasnya.
Hasil pengujian ini pun juga selaras dengan yang telah dilakukan oleh otoritas keamanan pangan Malaysia dan Singapura yang sama-sama tidak menemukan cemaran di atas ambang batas.
Sebelumnya, Badan Karantina Indonesia (Baratin) pastikan anggur shine muscat yang beredar di Indonesia aman dari residu pestisida melebihi batas yang diizinkan.
Hal ini disampaikan Kepala Biro Hukum dan Humas Baratin Hudiansyah Is Nursal dalam keterangan resminya, kepada Disway usai melakukan monitoring terhadap produk impor buah anggur.
Sebagai informasi, setiap komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan yang masuk ke Indonesia telah melalui proses pengawasan dan pemeriksaan karantina, baik sebelum (pre-border) maupun pada saat tiba (at-border).
Pada at-border, dilakukan pemeriksaan secara fisik, dokumen, maupun laboratorium hingga keluar sertifikasi karantina. Pusat Data dan Sistem Informasi Barantin mencatat total sertifikasi pemasukan impor anggur ke Indonesia dari Januari hingga September 2024 sebanyak 78.538 ton.
Anggur impor ini berasal dari berbagai negara seperti dari China, Australia, Peru, Chile, dan India. Sementara pemasukan sesuai sertifikasi karantina anggur muscat khusus dari China sebanyak 681 ton selama periode Januari hingga September 2024.
“Setiap importasi buah anggur telah dilakukan pengujian residu pestisida termasuk Klopirifos (Chlorpyirifos) di negara asal oleh laboratorium terakreditasi yang telah diregistrasi oleh Barantin dan dibuktikan dengan sertifikat hasil uji atau certificate of analysis (COA),” terang Hudi, Rabu, 30 Oktober 2024.
Tak berhenti di situ, pihaknya juga melakukan monitoring terhadap komoditas yang masuk ke Indonesia melalui pengambilan sampel dan pengujian keamanan pangan (termasuk residu pestisida, logam berat, mikotoksin dan cemaran mikrobiologi).
Monitoring ini bertujuan untuk menjaga dan memastikan kepatuhan negara pengekspor dalam pemenuhan persyaratan karantina untuk keamanan pangan.
Diungkapkannya, pihaknya telah melakukan monitoring pengujian keamanan pangan terhadap 3.561 jenis Pangan Segar Asal Tumbuhan/ PSAT, seperti apel, anggur, beras, kiwi, kedelai, bawang, jamur, seledri, brokoli, strawberi, kacang almond, jeruk, dan cabai kering.
Termasuk 772 di antaranya adalah pengujian terhadap anggur dengan parameter pestisida
“Hasil monitoring terhadap produk impor buah anggur oleh Barantin hingga saat ini menunjukkan hasil dibawah ambang batas residu,” ungkapnya.
Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa anggur muscat yagn beredar di Indonesia sejauh ini masih dalam taraf aman dari residu berbahaya. Namun demikian, ia tetap menyarankan kepada masyarakat agar tetap mengutamakan konsumsi buah Nusantara, serta menjaga kebersihan komoditas yang akan dikonsumsi dengan melakukan pencucian terhadap buah sebelum dimakan.
“Melalui pencucian pada air mengalir, dapat mengurangi kontaminan yang ada di permukaan buah seperti residu dan kotoran,” pungkasnya.(disway.id/arie)