Berkejaran dengan Laju Pembukaan Lahan

PUPR Berau Terus Lakukan Penanganan Drainase di Kawasan Perkotaan

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas meninjau perbaikan drainase beberapa waktu lalu. (DOK.DISWAY KALTIM)

DINAS Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Berau menegaskan, penanganan drainase di wilayah perkotaan tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Selain membutuhkan proses bertahap, pemerintah juga harus menghadapi tantangan lain berupa masifnya pembukaan lahan yang mengurangi area resapan air.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) PUPR Berau, Hendra Pranata mengatakan, pembangunan drainase selalu berkejaran dengan perkembangan kota. Sementara itu, alih fungsi lahan yang menghilangkan ruang hijau menjadi pemicu utama munculnya titik-titik banjir baru.

“Drainase perkotaan itu bukan pekerjaan yang bisa disulap selesai dua atau tiga tahun. Kita bertahap dan terus berkejaran dengan pembangunan kota,” ujar Hendra.

Menurutnya, sejumlah titik sudah menunjukkan perkembangan positif. Genangan di kawasan Kedaung telah teratasi sepenuhnya. Begitu pula di wilayah Albina dan Pulau Semama yang sebelumnya kerap tergenang, kini mengalami penurunan signifikan.

“Sekarang kami tinggal berpindah ke titik-titik banjir yang muncul akibat pembukaan lahan,” jelasnya.

Terkait normalisasi drainase, Hendra menyebut pihaknya terus melakukan upaya tersebut sejauh anggaran memungkinkan. Namun kondisi fiskal daerah yang menurun membuat intensitas pengerjaan tidak bisa maksimal.

“Kalau ada anggarannya, normalisasi bisa terus dilakukan. Tapi sekarang anggaran banyak yang menurun karena kondisi fiskal. Kami tetap berupaya maksimal,” katanya.

Hendra mencontohkan kawasan di depan kantor PUPR di jalan Gatot Subroto yang masih sering tergenang. Menurutnya, bagian drainase tersebut merupakan saluran primer yang dulunya merupakan alur anak sungai, sehingga penanganannya lebih rumit dan membutuhkan biaya besar.

Selain itu, di Jalan Cut Nyak Dien kerusakan drainase di kawasan tersebut juga membutuhkan penanganan serius bahkan diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah jika harus ditangani secara menyeluruh.

“Kalau lihat di peta, kondisi di sana memang cukup parah. Itu pekerjaan besar dan biayanya tidak sedikit,” pungkasnya. (MAULIDIA AZWINI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *