DINAS Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Berau mencatat sedikitnya 66 kasus HIV/AIDS ditemukan hingga Oktober 2025. Angka ini sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 64 kasus.
Wasor P2-HIV (Analis Penyakit Menular) Dinkes Berau, Andy Nuriyanto mengatakan, kasus HIV paling banyak terdeteksi di wilayah Tanjung Redeb. Namun, hal itu bukan berarti seluruh pasien berasal dari kecamatan tersebut, sebab pemeriksaan HIV memang dipusatkan di RSUD dr. Abdul Rivai.
“Pemeriksaan HIV memang terpusat di RSUD dr. Abdul Rivai. Jadi diagnosisnya ditegakkan di sana, tapi pasiennya bisa saja berasal dari kecamatan lain,” ujar Andy.
Ia menjelaskan, pemeriksaan HIV pada dasarnya dilakukan secara sukarela. Namun bagi kelompok berisiko tinggi seperti pekerja tempat hiburan malam (THM), pemeriksaan dilakukan secara rutin setiap tiga hingga enam bulan.
“Tidak ada pemaksaan. Mereka datang untuk memeriksakan diri, tapi kalau sasarannya kelompok THM, kami wajibkan pemeriksaan rutin,” katanya.
Menurut Andy, meningkatnya jumlah kasus tidak selalu menandakan situasi memburuk. Sebaliknya, hal itu bisa menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar pentingnya pemeriksaan dini sehingga deteksi kasus berjalan lebih optimal.
Lebih lanjut, ia menyebut keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada dukungan sosial. Stigma negatif terhadap pengidap HIV/AIDS justru dapat melemahkan semangat penyintas dalam menjalani terapi.
“Terkadang pemberitaan itu hanya menggemborkan jumlah kasus tanpa melihat sisi edukasinya. Padahal, hal seperti itu bisa menjatuhkan mental pasien. Mereka butuh dukungan, bukan stigma,” tegasnya.
Andy menjelaskan, HIV memang belum bisa disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan dengan terapi antiretroviral yang rutin. Dengan pengobatan teratur, kadar virus dapat ditekan hingga tidak terdeteksi sehingga pasien tetap bisa hidup sehat dan produktif.
“Jika rutin berobat dan hasil viral load dibawah seribu kopi atau tidak terdeteksi, virusnya tidak menular. Pasien tetap bisa hidup sehat, bekerja, bahkan menikah dan punya anak,” jelasnya.
Saat ini, layanan pemeriksaan HIV tersedia di seluruh puskesmas di Berau, sementara pengobatan dilakukan di fasilitas berstatus PDP (Pelayanan Pemeriksaan dan Pengobatan HIV).
Beberapa di antaranya berada di Puskesmas Sambaliung, Gunung Tabur, Bugis, Tanjung Redeb, RSUD dr. Abdul Rivai, serta di wilayah pesisir dan hulu seperti Talisayan, Tanjung Batu, Labanan, Segah, dan Kelay.
Selain pengobatan, upaya pencegahan juga terus digencarkan. Andy mengingatkan masyarakat untuk menjauhi perilaku seks bebas yang hingga kini masih menjadi faktor utama penularan HIV di Berau.
“Faktor terbesar adalah hubungan sesama jenis dan biseksual, lalu disusul hubungan dengan pekerja seks serta penularan dari pasangan. Pencegahannya sederhana, jangan seks bebas,” pungkasnya. (MAULIDIA AZWINI)












